Mengapa Kongres Sungai?
Kongres Sungai diketengahkan untuk menghadirkan keniscayaan bahwa sungai yang saat ini tersakiti mendapatkan fokus dan arah dari segenap masyarakat. Tantangan dan arah kerja yang saling dimengerti dan saling menyemangati untuk membangun sungai kembali menjadi sungai yang sehat lebih diperlukan daripada harus saling mencaci maki tentang perbuatan dan perlakuan yang merusak saungai.
Revolusi Mental untuk membangun kembali semangat kemaritiman, akan musnah atau kehilangan akar ketika lupa dengan sungai yang mengantarkan air ke laut sebagaimana siklus air untuk dapat dimanfaatkan manusia. Keterbelakangan mental kita semua yang dihanyutkan oleh arus konsumtif membeli air membuat tidak menghargai sungai karena kita sendiri yang tidak mengemasnya menjadi sumber air yang berkelanjutan, bersih dan mewah.
Kerumitan dan keruwetan permasalahan sungai mendesak untuk dijawab dengan segenap daya upaya dan langkah kerja. Memberi jawaban terhadap sungai tentu berdampak pada dan pasti akan memberikan jawaban pada permasalahan-permasalah tata kelola kawasan atas sebagai wilayah hulu sungai, kawasan lembah dan dataran sebagai wilayah badan sungai, kawasan pantai dan pesisiran sebagai wilayah hilir sungai, maupun kawasan laut sebagai wilayah muara dan gelontoran sungai.
Kongres Sungai Indonesia sangat relevan dan mendesak penyelenggaraannya. Tiga alasan dapat dikemukakan. Pertama, penting dan mendesak untuk segera meneguhkan kedaulatan sungai. Kedaulatan sungai ini memposisikan sungai sebagai urat nadi tanahair yang merupakan wahana hidup dan sumber penghidupan. Sungai adalah subyek hidup yang menyatakan kedaualatan dengan keseluruhan fenomena melekat dan gejolak yang ditampakkannya: debit, arus dan warna air; keragaman hayati, nirhayati dan masyarakat manusia yang disangganya; sampaipun pada tumpah ruah kikisan tanah, material longsoran, seresah sampah dan limbah, serta lalu lalang angkutan dalam berbagai jenisnya. Sungai juga berbicara dengan banjir, luapan bah dan kekeringan. Peneguhan kedaulatan sungai dalam kongres dimaksudkan, sebagai: pembicaraan yang memetakan permasalahan; potensi, kebutuhan dan kerja upaya pengelolaan sungai yang telah dan sedang dilakukan berbasis tradisi maupun terkini; inisiatif dan rencana kerja ke depan untuk upaya perbaikan kondisi, pemeliharaan, penjagaan dan tata kelola sungai.
Kedua, penting dan mendesak untuk meneguhkan keberdikarian sungai. Keberdikarian sungai ini memposisikan interrelasi sungai dengan wilayah penyangga dan tersangga yang membentuk ekosistem kawasan. Keberdikarian sungai terwujud dari realitas, bahwa keberadaan dan keberdayaan sungai ditampakkan daya sangga alam serta asupan oleh berbagai kegiatan produksi dan konsumsi masyarakat. Daya asup alam mengalami penurunan mutu dan kekuatannya karena berbagai bentuk kegiatan ekspansi pengusahaan hutan, pertambangan, perkebunan, pertanian, industri/pabrik dan permukiman maupun infrastruktur. Penurunan kualitas sungai dan perairan mengungkapkan kenyataan sungai diabaikan dan terabaikan dari khasanah sosial, ekonomi, politik dan pembangunan. Meneguhkan keberdikarian sungai, kongres dimaksudkan sebagai: pemetaan permasalahan tata kelola sungai terkait aktifitas sosial, ekonomi, politik dan pembangunan; pengungkapan potensi, kebutuhan dan kerja produksi maupun konsumsi berbasis maupun berorientasi pada air dan sungai; penggalangan aspirasi, inisiatif dan rancang kerja bersama kegiatan pembangunan yang berorientasi dan berbasis air, sungai dan laut.
Ketiga, penting dan mendesak untuk meneguhkan keberbudayaan sungai. Keberbudayaan sungai memposisikan sungai sebagai inspirasi spiritual yang merupakan pencapaian kedalaman relasional masyarakat manusia dengan sungai, sehingga terjadi prosesi pencerdasan, keahlian pengkaryaan, laku kerja produktif dan perhubungan sosial dalam berbagai dimensinya. Sungai adalah wilayah kebudayaan dan pusat peradaban yang terungkap dari berbagai proses pencerdasan dan pengkaryaan dengan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat tradisi (kearifan lokal) maupun terkini sampai pada karya-karya seni dan estetika yang berdimensi profan maupun sakral. Berkenaan dengan keberbudayaan sungai, kongres disanggupkan sebagai pewicaraan, rancang tindak dan kerja bersama semangat dan laku kerja kemaritiman yang bukan semata berbasis pada kelautan, namun juga sungai, perairan dan sistem dukungan materiil masyarakat kerja dan budaya agraris (daratan).
Ketiga alasan dasar yang dikemukakan relevan untuk mendesakkan pentingnya kongres. Kongres Sungai Indonesia diharapkan dapat membuat rumusan-rumusan kerja di aras basis yang berdimensi operasional dan praktikal; aras intelektual yang berdimensi konsepsional dan pencerdasan kehidupan rakyat; aras regulasi yang berdimensi politik dan institusional. Lebih lanjut dan mendalam. Kongres Sungai Indonesia akan menegaskan eksistensi Negara Indonesia sebagai Negara Laut, Negeri Nusantara sebagai Negeri Air, manusia Indonesia sebagai manusia air, serta bangsa-bangsa Indonesia sebagai Bangsa Maritim. Penegasan ini memastikan spiritualitas rakyat, bangsa dan negara Indonesia, serta memposisikan sungai sebagai pusat peradaban.
Kongres diselenggarakan secara interdisipliner, multidimensional dan lintas pelaku, baik dari kalangan pemangku kebijakan dan program, pemangku keilmuan maupun pemangku lapangan kerja, budaya dan adat-istiadat.
[ Foto via Merdeka ]
Kongres Sungai diketengahkan untuk menghadirkan keniscayaan bahwa sungai yang saat ini tersakiti mendapatkan fokus dan arah dari segenap masyarakat. Tantangan dan arah kerja yang saling dimengerti dan saling menyemangati untuk membangun sungai kembali menjadi sungai yang sehat lebih diperlukan daripada harus saling mencaci maki tentang perbuatan dan perlakuan yang merusak saungai.
Revolusi Mental untuk membangun kembali semangat kemaritiman, akan musnah atau kehilangan akar ketika lupa dengan sungai yang mengantarkan air ke laut sebagaimana siklus air untuk dapat dimanfaatkan manusia. Keterbelakangan mental kita semua yang dihanyutkan oleh arus konsumtif membeli air membuat tidak menghargai sungai karena kita sendiri yang tidak mengemasnya menjadi sumber air yang berkelanjutan, bersih dan mewah.
Kerumitan dan keruwetan permasalahan sungai mendesak untuk dijawab dengan segenap daya upaya dan langkah kerja. Memberi jawaban terhadap sungai tentu berdampak pada dan pasti akan memberikan jawaban pada permasalahan-permasalah tata kelola kawasan atas sebagai wilayah hulu sungai, kawasan lembah dan dataran sebagai wilayah badan sungai, kawasan pantai dan pesisiran sebagai wilayah hilir sungai, maupun kawasan laut sebagai wilayah muara dan gelontoran sungai.
Kongres Sungai Indonesia sangat relevan dan mendesak penyelenggaraannya. Tiga alasan dapat dikemukakan. Pertama, penting dan mendesak untuk segera meneguhkan kedaulatan sungai. Kedaulatan sungai ini memposisikan sungai sebagai urat nadi tanahair yang merupakan wahana hidup dan sumber penghidupan. Sungai adalah subyek hidup yang menyatakan kedaualatan dengan keseluruhan fenomena melekat dan gejolak yang ditampakkannya: debit, arus dan warna air; keragaman hayati, nirhayati dan masyarakat manusia yang disangganya; sampaipun pada tumpah ruah kikisan tanah, material longsoran, seresah sampah dan limbah, serta lalu lalang angkutan dalam berbagai jenisnya. Sungai juga berbicara dengan banjir, luapan bah dan kekeringan. Peneguhan kedaulatan sungai dalam kongres dimaksudkan, sebagai: pembicaraan yang memetakan permasalahan; potensi, kebutuhan dan kerja upaya pengelolaan sungai yang telah dan sedang dilakukan berbasis tradisi maupun terkini; inisiatif dan rencana kerja ke depan untuk upaya perbaikan kondisi, pemeliharaan, penjagaan dan tata kelola sungai.
Kedua, penting dan mendesak untuk meneguhkan keberdikarian sungai. Keberdikarian sungai ini memposisikan interrelasi sungai dengan wilayah penyangga dan tersangga yang membentuk ekosistem kawasan. Keberdikarian sungai terwujud dari realitas, bahwa keberadaan dan keberdayaan sungai ditampakkan daya sangga alam serta asupan oleh berbagai kegiatan produksi dan konsumsi masyarakat. Daya asup alam mengalami penurunan mutu dan kekuatannya karena berbagai bentuk kegiatan ekspansi pengusahaan hutan, pertambangan, perkebunan, pertanian, industri/pabrik dan permukiman maupun infrastruktur. Penurunan kualitas sungai dan perairan mengungkapkan kenyataan sungai diabaikan dan terabaikan dari khasanah sosial, ekonomi, politik dan pembangunan. Meneguhkan keberdikarian sungai, kongres dimaksudkan sebagai: pemetaan permasalahan tata kelola sungai terkait aktifitas sosial, ekonomi, politik dan pembangunan; pengungkapan potensi, kebutuhan dan kerja produksi maupun konsumsi berbasis maupun berorientasi pada air dan sungai; penggalangan aspirasi, inisiatif dan rancang kerja bersama kegiatan pembangunan yang berorientasi dan berbasis air, sungai dan laut.
Ketiga, penting dan mendesak untuk meneguhkan keberbudayaan sungai. Keberbudayaan sungai memposisikan sungai sebagai inspirasi spiritual yang merupakan pencapaian kedalaman relasional masyarakat manusia dengan sungai, sehingga terjadi prosesi pencerdasan, keahlian pengkaryaan, laku kerja produktif dan perhubungan sosial dalam berbagai dimensinya. Sungai adalah wilayah kebudayaan dan pusat peradaban yang terungkap dari berbagai proses pencerdasan dan pengkaryaan dengan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat tradisi (kearifan lokal) maupun terkini sampai pada karya-karya seni dan estetika yang berdimensi profan maupun sakral. Berkenaan dengan keberbudayaan sungai, kongres disanggupkan sebagai pewicaraan, rancang tindak dan kerja bersama semangat dan laku kerja kemaritiman yang bukan semata berbasis pada kelautan, namun juga sungai, perairan dan sistem dukungan materiil masyarakat kerja dan budaya agraris (daratan).
Ketiga alasan dasar yang dikemukakan relevan untuk mendesakkan pentingnya kongres. Kongres Sungai Indonesia diharapkan dapat membuat rumusan-rumusan kerja di aras basis yang berdimensi operasional dan praktikal; aras intelektual yang berdimensi konsepsional dan pencerdasan kehidupan rakyat; aras regulasi yang berdimensi politik dan institusional. Lebih lanjut dan mendalam. Kongres Sungai Indonesia akan menegaskan eksistensi Negara Indonesia sebagai Negara Laut, Negeri Nusantara sebagai Negeri Air, manusia Indonesia sebagai manusia air, serta bangsa-bangsa Indonesia sebagai Bangsa Maritim. Penegasan ini memastikan spiritualitas rakyat, bangsa dan negara Indonesia, serta memposisikan sungai sebagai pusat peradaban.
Kongres diselenggarakan secara interdisipliner, multidimensional dan lintas pelaku, baik dari kalangan pemangku kebijakan dan program, pemangku keilmuan maupun pemangku lapangan kerja, budaya dan adat-istiadat.
[ Foto via Merdeka ]
Disadur dari : http://kongressungai.or.id/kongres-sungai/mengapa-kongres-sungai/
Baca selengkapnya di:
http://kongressungai.or.id/kongres-sungai/mengapa-kongres-sungai/
http://kongressungai.or.id/kongres-sungai/mengapa-kongres-sungai/